Kalau kamu lagi menekuni olahraga lari, penting sekali untuk memahami average pace. Karena kamu bisa tahu jarak dan waktu tempuh selama berlari. Pace adalah ukuran seberapa cepat kamu menempuh satu kilometer atau satu mil.
Oleh karena itu, bisa langsung diasosiasikan dengan hubungan antara waktu, jarak, dan performa lari. Dengan data pace, kamu bisa tahu apakah kecepatan lari stabil, terlalu cepat di awal lalu drop di akhir, atau justru konsisten dari start sampai finish.
Angka ini jadi indikator utama untuk mengukur progres, bukan sekadar catatan waktu total. Kesalahan umum yang sering dilakukan pemula adalah hanya fokus pada kecepatan tanpa memperhatikan pace.
Akibatnya, mereka sering “kebakaran jenggot” di awal, lalu kehabisan tenaga sebelum menyelesaikan jarak. Padahal, dengan tahu average pace, kamu bisa mengatur tenaga lebih efisien, menjaga ritme, dan akhirnya berlari lebih jauh atau lebih cepat dengan stabil. Singkatnya, pace adalah kunci efisiensi dalam berlari.
Apa itu Average Pace?

Average pace adalah istilah yang dipakai untuk menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang pelari untuk menempuh 1 km atau 1 mil. Jadi, kalau kamu mencatat total jarak dan durasi lari, pace akan menunjukkan seberapa cepat rata-rata langkahmu per kilometer atau per mil.
Misalnya, kamu berlari sejauh 5 km dalam 30 menit, maka average pace-mu adalah 6 menit/km. Angka ini jadi indikator penting buat mengukur konsistensi dan progres latihan lari. Pace berbeda dengan speed (kecepatan).
Kalau speed dihitung dalam jarak per jam (km/jam atau mil/jam), pace justru kebalikannya. Makin kecil angkanya, berarti makin cepat kamu berlari. Misalnya, pace 5:00 menit/km artinya kamu lebih cepat dibanding pace 7:00 menit/km.
Dengan memahami average pace, kamu bisa lebih mudah mengatur strategi lari, menargetkan peningkatan performa, atau sekadar menjaga ritme saat latihan maupun lomba.
Seberapa Penting Mengetahui Average Pace saat Lari?
Memantau average pace bukan cuma soal angka di jam tangan, tapi indikator nyata untuk mengukur konsistensi dan progres latihan. Dengan tahu pace rata-rata, kamu bisa menentukan apakah latihanmu stabil atau masih fluktuatif.
Average pace juga penting untuk membedakan zona latihan. Misalnya easy run, tempo run, atau interval. Sehingga program latihan jadi lebih terarah dan sesuai dengan tujuan (entah itu menambah endurance, speed, atau recovery).
Selain itu, data pace membantu menyesuaikan strategi saat lomba atau long run, biar nggak kehabisan tenaga di tengah jalan. Lebih jauh, average pace juga berfungsi sebagai alarm alami agar kamu nggak overtraining.
Lari terlalu cepat di luar kemampuan justru bikin rentan cedera. Untuk menghitung pace, rumusnya sederhana: waktu tempuh ÷ jarak. Dengan memantau angka ini secara konsisten, kamu bisa merancang strategi latihan yang lebih aman, efisien, dan tentunya efektif untuk mencapai target lari berikutnya.
Faktor yang Mempengaruhi Average Pace
1. Kondisi Fisik
Salah satu faktor utama yang menentukan average pace saat berlari adalah kondisi fisik, terutama tingkat kebugaran dan daya tahan tubuh. Semakin tinggi tingkat kebugaran yang kamu miliki, semakin baik juga kapasitas VO₂ Maxnya.
Tingkat kebugaran ini berkorelasi dengan kemampuan jantung dan paru-paru untuk mengalirkan oksigen ke otot. Kamu bisa mempertahankan kecepatan lebih lama sebelum merasa kelelahan.
Ini artinya, average pace akan stabil dan cenderung lebih cepat pada pelari dengan kebugaran yang baik. Selain itu, daya tahan otot juga sangat berperan. Otot yang terbiasa berkontraksi berulang lewat latihan jarak jauh akan lebih resisten terhadap kelelahan.
Sehingga pace tetap konsisten dari awal hingga akhir. Namun, jangan lupakan faktor kelelahan umum tubuh. Kurang tidur, pemulihan yang buruk, atau sisa rasa capek dari sesi latihan sebelumnya bisa membuat average pace turun drastis.
Baca Juga: Manfaat Olahraga Lari untuk Kesehatan Fisik dan Mental
2. Rute yang Dilewati
Faktor berikutnya yang mempengaruhi average pace adalah profil rute yang kamu pilih. Rute datar biasanya jadi kondisi ideal untuk meraih pace tercepat. Karena energi tubuh fokus sepenuhnya untuk mendorong gerakan maju tanpa harus melawan gravitasi.
Inilah kenapa banyak pelari memanfaatkan rute track atau jalan lurus datar untuk mengukur kemampuan kecepatan terbaik mereka. Sebaliknya, saat berlari di rute menanjak (uphill), tubuh membutuhkan lebih banyak energi untuk melawan gravitasi.
Hasilnya, kecepatan lambat cukup signifikan bahkan dengan effort yang sama, pace bisa melambat 1 - 3 menit lebih lambat daripada rute datar. Sementara itu, rute menurun (downhill) memang bisa meningkatkan kecepatan, tapi membutuhkan kontrol ekstra agar tidak kehilangan keseimbangan atau mengalami cedera.
Baca Juga: Program Lari untuk Pemula: Rencana Praktis 30 Hari
3. Cuaca
Average pace saat berlari tidak hanya ditentukan oleh kondisi fisik, tapi juga faktor lingkungan. Panas dan kelembaban tinggi membuat tubuh bekerja ekstra keras untuk mendinginkan diri lewat keringat.
Proses ini meningkatkan detak jantung untuk kecepatan yang sama (fenomena cardiac drift) dan mengalihkan energi dari otot ke sistem pendingin tubuh. Akibatnya, dehidrasi terjadi lebih cepat, metabolisme melambat, dan pace menurun signifikan.
Begitu juga dengan hujan deras, yang membuat jarak pandang terbatas dan permukaan licin. Sehingga pelari cenderung memperlambat langkah demi menjaga stabilitas dan keselamatan.
Angin juga berperan penting dalam performa lari. Menghadapi headwind (angin dari depan) berarti tubuh harus melawan hambatan udara tambahan (drag), yang memaksa otot mengeluarkan energi ekstra hanya untuk mempertahankan kecepatan.
Sebaliknya, tailwind (angin dari belakang) bisa jadi keuntungan karena mendorong tubuh sehingga pace meningkat tanpa harus menambah usaha besar. Itulah kenapa cuaca dan lingkungan perlu selalu dipertimbangkan, baik saat latihan maupun lomba.
Tips Meningkatkan Average Pace
Kalau kamu mau lari lebih kencang, salah satu cara paling efektif adalah dengan latihan interval dan fartlek (variasi kecepatan). Latihan ini melatih tubuh untuk terbiasa berganti ritme antara cepat dan lambat, sehingga stamina dan kecepatan meningkat secara bersamaan.
Selain itu, jangan lupa tambahkan strength training untuk otot kaki dan core. Semakin kuat fondasi tubuhmu, semakin efisien langkahmu saat lari. Postur dan teknik pernapasan juga nggak kalah penting.
Tegakkan badan, rileks kan bahu, dan atur napas dengan ritme stabil agar energi lebih awet. Namun, jangan hanya fokus pada latihan keras. Recovery dan istirahat cukup juga jadi kunci supaya performa tetap naik tanpa cedera.
Setelah itu, pastikan kamu mencatat progres setiap minggu. Entah pakai aplikasi lari atau catatan manual agar tahu sejauh mana peningkatan pace yang sudah dicapai. Dengan kombinasi latihan cerdas, kekuatan otot yang terjaga, serta strategi istirahat yang tepat. Average pace-mu akan meningkat konsisten dan lebih cepat dari yang kamu kira.
Jadi, Kapan Mau Mulai Latihan?
Dalam dunia lari, average pace adalah salah satu metrik paling penting yang wajib kamu pahami. Pace memberi gambaran seberapa efisien langkahmu, sekaligus membantu mengukur progres dari waktu ke waktu.
Dengan memantau average pace, kamu bisa tahu apakah strategi latihanmu sudah tepat, perlu ditambah intensitas, atau justru butuh recovery lebih. Intinya, pace bukan cuma soal angka, tapi alat untuk memastikan latihanmu lebih terarah dan hasilnya konsisten.
Jadi mulai sekarang, biasakan untuk pantau pace di setiap sesi lari, entah pakai jam lari, aplikasi, atau sekadar stopwatch sederhana. Jangan tunggu sampai nanti, karena semakin cepat kamu mengukur, semakin jelas progres yang bisa dilihat.
Biar latihan makin efektif, lengkapi juga dengan perlengkapan yang mendukung performa. Cek SVRG Running Collection, mulai dari waist bag, hingga compression gear yang siap bantu kamu meningkatkan kecepatan lari dengan lebih nyaman.